Rabu, 26 Maret 2014

kalah

TIGA putaran terakhir di Losail, Qatar, begitu menegangkan. Marc Marquez dan Valentino Rossi saling susul, bahkan sampai di tikungan terakhir jelang garis finish. The Doctor akhirnya harus mengakui keunggulan sang junior yang usianyaa terpaut 14 tahun.

Kendati kalah, Rossi tampaknya menikmati pertarungan tersebut.  "I risked a bit in the first laps, but it was so funny! Like the old times, ten years ago - all of us together, making mistakes, but everybody on the same pace," ujar Rossi di supersport.com.

Seperti biasanya, senyum selalu mengembang di wajah Rossi saar naik podium. Sepertinya dia melupakan telah dipepet Marc di tikungan saat dia mempunyai kesempatan melaju di depan. Tak ada marah di wajahnya. Entah di dalam hatinya.

Sang Legenda Hidup ini bahkan mengakui kecepatan Marc. "I tried to play my card. I had my chance to win, but unfortunately Marc was too far on the last lap, his best lap of the race. He deserved the victory," Rossi menambahkan.

Pertarungan yang menegangkan sekaligus menyenangkan untuk ditonton.

Beberapa saat kemudian duel klasik terjadi di Stadion Santiago Barnabeu. Dalam pertandingan yang menguras emosi, Real Madrid akhirnya kalah dari Barcelona di kandangnya sendiri. Empat gol masuk ke gawang Los Blancos, sementara La Blaugrana menerima tiga gol.

Christiano Ronaldo tak terima dengan kekalahan tersebut. Pemain bintang asal Portugis ini cenderung menyalahkan Alberto Undiano Mallenco, wasit pada pertandingan malam itu. "I don't want to use the referee as an excuse but if you analyse the 90 minutes there were a lot of mistakes," kata pemain berusia 29 tahun ini seperti dikutip di theguardian.com.

Ronaldo mengatakan banyak yang ingin Real kalah dan hal tersebut mempengaruhi objektifitas wasit. "It's tough because a lot of people did not want us to win and Barcelona to be out of the title race. They probably do not want Real to win this league. It makes me think that you don't only win matches on the pitch but also with a little bit of help from outside."

Reaksi berbeda dari pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti. Don Carlo bahkan menolak berkomentar tentang kepemimpinan wasit pada pertandingan dengan intensitas tinggi itu.  "It’s difficult for me to comment on the referee’s decisions," ujar Ancelotti di football-espana.net.

Dia memilih fokus pada pertandingan-pertandingan selanjutnya dan memilih melupakan kekalahan dari tim musuh bebuyutan Los Merengues. "It's true that Messi scored three goals, but any mistakes against a player of his quality will always hurt you. We have nine matches left. It will be all intense. Every game will be decisive."

Kekalahan itu menyakitkan! Sungguh. Namun saya terkesan dengan sikap Don Carlo dan Rossi yang menerima kekalahan dengan kepala tegak. (Ngomong-ngomong, saya baru ngeh kalau keduanya dari Italia.) Mereka tak menyalahkan orang lain.

Rossi selalu menjadi pebalap favorit saya. Rossi yang sedikit sentimentil dengan masa lalu menyukai pertarungan yang kompetitif. Sementara Ancelotti dengan lebih memilih memandang ke depan. Bahkan, dia mengakui kualitas pemain lawan. Hormat untuk Ancelotti. Demikian....

.:: niat tak makan malam itu banyak godaan. warkop sinindian, selasa, 25 Maret 2014 ::.

Tidak ada komentar: