Kamis, 29 Oktober 2015

Rossi

PAOLO Rossi berangkat ke Spanyol sebagai bagian dari Tim Nasional Sepakbola Italia pada Piala Dunia 1982 penuh dengan kontroversi. Dia baru saja menyelesaikan masa hukuman selama tiga tahun yang kemudian dipotong menjadi dua tahun setelah terlibat pengaturan skor atau dikenal dengan sebutan skandal Totonero

Skandal ini melibatkan beberapa tim Serie A dan B. Sedikitnya 20 pemain terkena larangan bermain, termasuk Rossi. Dia pun harus melewatkan Piala Eropa tahun 1980 yang berlangsung di Italia. Namun, setelah tak bermain hampir selama dua tahun, Enzo Bearzot, pelatih Tim Nasional Italia saat itu tetap memanggil Rossi untuk masuk ke skuadnya.

Dikutip dari Wikipedia, Italia memulai Piala Dunia di Spanyol itu tidak meyakinkan. Memang lolos dari penyisihan grup, namun hanya bermodalkan tiga poin dari tiga kali hasil imbang. Nilai yang sama seperti yang dimiliki oleh Kamerun. Italia hanya beruntung karena koleksi golnya lebih banyak dari pada Kamerun.

Babak selanjutnya, Italia tergabung dalam grup maut. Dino Zoff, sang Kapten, bersama kawan- kawanya harus berhadapan dengan juara bertahan, Argentina, dan tim Brasil yang sudah tiga kali juara dunia. Namun dengan taktik catenaccio yang mendapat kritik habis-habisan, Italia berhasil mengalahkan Argentina 2-1.

Pada pertandingan berikutnya, Bearzot membuktikan keputusan membawa Rossi ke Spnyol tak salah. Melawan Brasil, Rossi berhasil membuat hatt-rick. Italia mengempaskan Brasil dengan skor 3-2. Gli Azzuri pun melenggang ke semifinal sebagai pemuncak grup. Polandia telah menanti sebagai lawannya.

Rossi membuat gol ke gawang Polandia pada pertandingan yang berakhir 2-0 itu. Brace! Ya, Rossi mencetak dua gol pada semifinal. Berkat dua gol itu pula, Italia melangkah ke final untuk menghadapi Jerman Barat yang pada semifinal mengalahkan Perancis melalui adu pinalti.

Duel dua raksasa sepakbola Eropa ini berakhir untuk kemenangan Azzuri dengan skor 3-1. Lagi- lagi Rossi mencetak gol untuk membawa Italia menjadi Juara Dunia tiga kali dan menyamai capaian Brasil pada saat itu. Total enam gol dicetak Rossi pada turnamen itu. Paolo Rossi didaulat sebagai pemain terbaik dan meraih sepatu emas.

Ya, Tim Nasional Italia kala itu berangkat ke Spanyol setelah skandal judi yang mengguncang persepakbolaan dan memulai dengan hasil yang tidak mantap. "Saat itu kami juga berangkat dari situasi yang buruk," kata Rossi kemudian seperti dikutip oleh detik.com dari tuttosport.

Lebih lanjut dia mengatakan, "Tapi jangan pernah bilang mustahil. Ini memang situasi tak mudah, tapi selama masih ada secercah harapan, segalanya masih mungkin."

Kata-kata tersebut diucapkan oleh Rossi untuk menyemangati Valentino Rossi, pebalap MotoGP asal Italia. Mental Valentino Rossi sepertinya memang sedang drop setelah Sepang Clash. Velentino Rossi terkena hukuman sehingga haru memulai balapan dari urutan paling buncit di Valencia, Spanyol.

Situasi ini tentu saja sangat buruk bagi Valentino Rossi yang sedang berjuang untuk kembali menjadi juara dunia MotoGP. Poinnya hanya berselisih tujuh dengan Jorge Lorenzo, rekan satu timnya di Movistar Yamaha. Namun tentu hukuman tersebut membuat peluang Rossi menipis. Bahkan ia pun harus lempar handuk putih.

Rossi, Valentino Rossi maksudnya, pun tampak frustasi. Sejak balapan di Phillips Island, Australia, ia seperti bukan Rossi. Ia pun sempat menuding Marc Marquez, pebalap dari tim Repsol Honda, 'berkonspirasi' membantu rekan senegara Lorenzo untuk menjadi Juara Dunia MotoGP.

"Valentino, datangi Spanyol seperti ketika Italia datang ke sana untuk Piala Dunia 1982," kata Paolo Rossi. "Valentino sekarang harus menatap ke depan. Itu bisa jadi balapan luar biasa, perlihatkan kemampuan dirimu sebagai yang terhebat di sana."

Saya penggemar Valentino Rossi kendati sama sekali tak mengerti tentang sepeda motor. Sepanjang yang saya ingat, balapan tak menarik jika Valentino Rossi. Dia bukan sekedar membalap tapi juga mampu menghibur.

Saya sebenarnya mengharapkan Marquez menjadi pengganti Rossi. Namun setelah balapan di Phillip Island dan Sepang, saya merasa kecewa terhadap Marquez. Saya tidak ingin mengomentari seperti ahli apa yang terjadi di Sepang. Saya hanya suka saja melihat balapan.

By the way, sepertinya yang sebelumnya saya pernah tulis, akhirnya saya bisa mengira-ngira bagaimana rasanya jadi pendukung berat Presiden Jokowi atau mantan Calon Presiden Prabowo Subianto setelah melihat Sepang Clash. Cuma becanda, eh, serius ding. Ha... ha... ha...
.::setelah beberapa hari terakhir perbincangan sepang clash selalu muncul di kantor...

Selasa, 20 Oktober 2015

The Old Firm

GLASGOW Celtic dan Glasgow Rangers bisa dibilang dua tetangga yang tak pernah akur. Perseteruan antara suporter dua klub sepakbola Skotlandia ini lebih dari satu abad. Mereka dikenal sebagai Old Firm.
Belum jelas bagaimana istilah Old Firm ini bisa muncul. Dari wikipedia, istilah kemungkinan merujuk kepada istilah like two old, firm friends. Sementara Menurut Franklin Foer, penulis, istilah Old Firm karena sepertinya dua klub itu bersekongkol untuk menangguk untung dari rasa benci mereka satu sama lain. 
Pertarungan Celtic dan Rangers tak hanya sekadar sepakbola. Persaingan mereka begitu rumit. Pertandingan bisa menjadi isu agama, yakni Katolik dan Protestan. Kadang mereka juga merepresentasikan dukungan politik, antara loyalis dan republikan. 
Pertandingan antara dua klub juga bisa jadi taruhan identitas nasional, Inggris atau Irlandia. Atau, bisa jadi tentang ideologi sosial, antara konservatif dan sosialis. Konfrontasi pendukung klub dilabeli pertarungan sektarian.
Hari pertandingan antara Celtic dan Rangers menjadi waktu yang penuh dengan gesekan. Jumlah korban jiwa sudah banyak. Bahkan usaha dua klub di tahun 2005 untuk menghentikan kefanatikan dan sektarian dalam olahraga hanya menunjukkan sedikit kemajuan.
Tahun 2012, Parlemen Skotlandia mengesahkan The Offensive Behaviour at Football and Threatening Communications Act. Undang-undang ini untuk menekan perilaku ofensif pendukung sepakbola saat pertandingan dan pernyataan yang dikeluarkan melalu media.
Polisi pun punya lebih punya kewenangan tegas untuk menindak para suporter. Namun, setahun kemudian, protes terhadap undang-undang ini bermunculan. Kelompok pendukung Celtic dan Ranger menyatakan kepercayaan terhadap polisi menurun. 
Perseteruan antara kelompok pendukung sepakbola yang begitu keras tak hanya terjadi di Skotlandia. Di Spanyol pun tak kalah ramainya. Suporter klub dari Katalan, Barcelona, dan dari Basque, seperti Athletic Bilbao dan Real Sociedad, kerap menunjukkan rasa tak suka terhadap Real Madrid. 
Tahun ini, Real Madrid menolak pertandingan Final Copa del Rey di Santiago Bernabeu. Final tersebut mempertemukan Barcelona dengan Bilbao. Alasan Real Madrid puncak event tersebut bertabrakan dengan jadwal pertandingan tim Castilla alias junior di stadion megah itu. 
Namun ada dugaan penolakan Final Piala Raja ini dengan hubungan yang tak harmonis menggelar pertandingan di pusat ibukota Spanyol. Seperti diketahui, Katalan dan Basque memiliki hubungan yang buruk.
Tahun 2012, Real Madrid juga enggan kandang mereka, Stadion Santiago Bernabeu, dijadikan tempat pertandingan final Piala Raja,-juga-, antara Barcelona dengan Athletico Bilbao. El Real tentu punya alasan mengapa mereka menolak menjadi tuan rumah pada pertandingan tersebut.
Tahun 2009, Barca dan Bilbao bertemu dalam final kejuaran yang sama. Pertandingan diadakan di Mestalla, Valencia. Dan, apa yang terjadi sebelum pluit pertandingan ditiup wasit pada waktu itu, kedua pendukung kompak meneriaki lagu kebangsaan Spanyol. 
Ya, Real Madrid, Barcelona, Athletico Bilbao, seolah-olah menjadi identitas kebangsaan. Bukan rahasia, warga Katalan dan Basque ingin berpisah dari Spanyol. Dua bangsa ini merasa terjajah. 
Masih banyak lagi kisah-kisah klub sepakbola yang menjadi saluran perjuangan ideologi. Bukan hanya sekadar fanatisme. 
Lalu suporter klub sepakbola di Indonesia bikin rusuh karena apa? Jangan sampai, seperti tulisan Franklin Foer, kebencian itu disetir karena kebodohan, kecemburuan ekonomi, atau hanya karena perasaan inferioritas yang mendalam.
Kekerasan bisa terlahir dari kebencian. Dan, bisakah kita membunuh kebencian sejak di pikiran?
.:: alhamdulillah, Persib juara, deui..