Sabtu, 26 April 2014

cerita-cerita pendek

"You do. You know everything. That's the trouble. You know you do."

Jalinan asmara Nick dan Marjorie terhenti saat malam menjelang di Horton Bay. Di antara api unggun yang mereka nyalakan dan telaga yang telah mereka lalui. Di Horton Bay, kota yang mati.

....

so long
Beberapa tahun silam, saya memilih cerpen karya Ernest Hemingway berjudul The End of Something untuk dianalisis. Ada beberapa alasan mengapa saya mengambil cerpen karya pemenang hadiah nobel sastra tahun 1954 untuk memenuhi tugas mata kuliah literatur tersebut.

Pertama, karena karyanya ditulis dalam bahasa Inggris dan pengarangnya terkenal. Jadi, saya berharap sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, sedikit memudahkan saya untuk ‘membacanya’ dan ‘mengira-ngira’ isinya. Jika pun tak ada terjemahanya, saya rasa kosakata bahasa Inggris yang saya miliki lebih banyak dibandingkan kosakata bahasa Jerman saya.

Saya belajar bahasa Jerman, tapi saya akui saya tak pernah bisa dan mahir memakai bahasa tersebut. Ini pula yang membuat saya merasa berdosa kepada dosen-dosen di Program Pendidikan Bahasa Jerman UPI yang telah mengajar saya. Tapi terimakasih saya haturkan kepada mereka yang telah meluluskan saya.

Saya belum pernah membaca cerpen tersebut sebelumnya. Saya hanya suka judulnya ketika kali pertama membaca. Ini adalah alasan kedua, mengapa saya memilih karya tersebut. Judul yang diterjemahkan dalam bahasa Jerman menjadi Das Ende von Etwas ini mengingatkan cerita yang pernah saya dengar waktu kecil di sebuah stasiun radio.

Ceritanya seperti ini. Ada yang seorang raja yang tiba-tiba menjadi muram. Padahal tidak ada alasan bagi dia untuk berlaku seperti itu. Kehidupan istananya bagus. Rakyatnya makmur. Inilah yang membuat sang Raja dicintai penduduk negeri itu.

Ternyata, pada suatu ketika, si Raja merasakan kekosongan. Dia tak tahu apa penyebabnya. Maka berkumpulah para filosof, ilmuwan, cerdik pandai di kerajaan tersebut untuk menghilangkan kegalauan sang Raja. Mereka berdiskusi berhari-hari, hingga akhirnya memutuskan untuk memberikan suatu benda kepada Baginda.

“Inilah yang kami dapat persembahkan kepada paduka,” kata seorang Sufi yang menjadi perwakilan perkumpulan tersebut sambil menyerahkan sebuah cincin.

Sang Raja melihat tidak ada yang istimewa pada cincin itu. Cincin yang sangat biasa. Terbuat dari tembaga tanpa ada hiasan batu mulia. Dia memegang dan terus mengamati cincin itu beberapa saat. Akhirnya, dia menemukan sebuah kalimat yang terpatri di bagian belakang cincin tersebut.

“Semua akan berakhir.” Demikian hasil kumpulan para cendikiawan dari berbagai disiplin ilmu tersebut.

Entah mengapa, saya rasa ada hubungan antara cerita yang saya dengar ketika berumur belasan awal dengan The End of Something yang dipublikasikan tahun 1925 dalam sebuah buku kumpulan cerpen berjudul In Our Time. Namun, hingga saat ini saya tak tahu apa hubungannya.

Beberapa pekan lalu, saya mulai mencari teks cerpen tersebut. Saya membaca kembali. Dan saya tetap tidak mengerti lantaran keterbatasan kemampuan bahasa Inggris saya. Oh, ya, pada saat mengerjakan tugas literatur dulu, saya ternyata susah payah menyelesaikannya. Setelah saya cari-cari, tak menemukan terjemahan karya tersebut dalam bahasa Indonesia.

Saya mencari teks tersebut, gara-gara seorang teman bercerita tentang hubungan dengan pacarnya dalam keadaan kritis. Saat itu, saya sebenarnya tak tahu harus bereaksi seperti apa. Saya bukan pemberi saran yang baik dan bukan pula pendengar yang sabar. Saya hanya bisa memberi semangat, kendati saya juga tak tahu apakah itu berguna bagi dia. Akhirnya, kisah kasih mereka putus.

Tak lama setelah itu, teman saya yang lain meminta saya untuk datang ke mess di Manado di akhir pekan. Dalam pesan singkatnya, dia mengatakan akhir pekan itu adalah Sabtu terakhir di mess. Kami tidak bisa mendiami rumah itu lantaran masa kontraknya telah berakhir. Artinya pula, kami tidak bisa berkumpul lagi bersama. Masing-masing yang tinggal di sana, kini indekos sendiri-sendiri dan terpisah.

Saya tidak mempunyai ikatan emosi yang kuat dengan mess tersebut. Berbeda ketika kami harus meninggalkan mess pertamakali yang berada di Bahu. Namun, saya tetap merasa kehilangan. Tapi, semuanya memang harus berakhir.

Beberapa hari setelah Sabtu terakhir di Wenang Permai, seorang kepala daerah ditahan lantaran dugaan penyelewengan dana di kota yang dia pimpin. Di kota dimana saya kini tinggal dan bekerja. Bagi saya peristiwa penahanan tersebut tidak istimewa. Itu hanyalah akhir dari sesuatu.

....
She was afloat in the boat on the water with the moonlight on it. Nick went back and lay down with his face in the blanket by the fire. He could hear Marjorie rowing on the water. (The End of Something) ***


.:: catatan ini saya posting di akun facebook saya, 25 Septermber 2010 lalu. beberapa hari terahkhir ini, saya kembali teringat cerita tentang raja yang bermuram durja. saya benci mengucapkan salam perpisahan, tapi bon voyage, teman. jika semuanya harus berakhir, maka berakhirlah. tapi, jangan berhenti, sebelum semuanya benar-benar berhenti. manado, 26 April 2014 ::.