Jumat, 23 Maret 2012

Kopi

KALDI heran bukan kepalang saat melihat kambing-kambing gembalaanya bertingkah seperti orang mabuk. Gelisah namun tampak riang. Meloncat-loncat seperti menari-nari kendati tanpa irama.

"Hei, apa yang terjadi?"

Rupanya, kambing-kambing tersebut memakan biji merah mengkilap dari suatu pohon. Dampaknya, masih terlihat jelang tengah malam tiba. Sang Penggembala ini, jadi lebih penasaran. Ia tak sabar untuk mencoba biji merah tersebut.

Akhirnya, rasa penasarnya terbalaskan. Bukan main akibat yang dirasakan oleh orang Ethiopia ini setelah makan biji tersebut. Dia merasakan kesegaran dan hati menjadi riang. Dia pun menari-nari gembira.

Demikian sebuah kisah yang melegenda tentang penemuan kopi. Cerita yang konon terjadi di sebuah negeri di Benua Afrika di abad ke-3. Hingga kemudian, kopi menjadi minuman,-yang katanya-, paling banyak dikonsumsi warga dunia setelah air.

Namun, masih banyak kisah unik dari kopi. Minuman kopi pernah menjadi barang haram di Mekah, Arab Saudi, hampir selama 13 tahun sejak tahun 1511 hingga 1524. Delapan tahun kemudian, giliran warung kopi dan gudang kopi di Mesir harus gulung tikar setelah larangan menjualbelikannya.

Bukan hanya penguasa dan ulama-ulama di belahan Arab yang mengharamkan kopi, pendeta-pendeta di Italia pun sempat menganggap barang tersebut termasuk bid'ah. Wasangka para padri ini adalah, kopi senggaja dimasukkan sultan-sultan dari negeri muslim untuk menggantikan anggur.

Nyata sekarang di Indonesia adalah semakin banyak gerai kopi waralaba di kota-kota besar. Pun warung-warung kopi tak pernah kehabisan pengunjung. Iklan-iklan kopi instan pun tak pernah sepi di televisi.
***

Terminal pedati tersebut kini tetap riuh setiap harinya, kendati tak terdengar lagi suara roda atau tipak-tipuk tapal kuda beradu dengan jalan. Kini tempat tersebut menjadi tempat minum kopi terbesar di Manado. Orang-orang menyebutnya Jarod atau Jalan Roda.

Cukup membayar setengah cangkir kopi yang dipesan kali pertama, namun Anda bisa menikmati kopi berulang-ulang. Tinggal minta air panas kembali untuk mengisi ulang cangkir gelas. Namun, bukan hanya itu saja yang membuat orang betah minum kopi di Jarod.

Ada yang menyebut tempat tersebut parlemen jalanan. Bagi yang suka masalah politik, di sinilah tempat adu diskusi sampai berdebat. Masalah pemerintahan pun bisa dibahas di lokasi yang berada di pusat kota tersebut. Siapa pun bisa mengeluarkan gagasan dan ide.

Entah mengapa hal tersebut bisa terjadi. Karena dampak kopinya atau sekedar pemenuhan kebutuhan untuk bersama. Atau demi sebuah keberdaan dan pengakuan terhadap pemikiran. Mungkin...
***

Waktu semakin mendekati pertengahan malam. Namun ruangan di kedai kopi itu semakin panas. Dua pintu dan satu jendela kecil tak mampu mengeluarkan asap rokok yang terus mengepul dari belasan mulut yang juga mengeluarkan argumen.

Seorang pria berkacamata dan berkumis tebal mencoba menjadi tokoh sentral dalam kongko-kongko itu. Dia memamerkan kejayaan, keberanian dan kekayaan dalam kata-katanya. Sayang, saat diketuk keberaniannya untuk bertemu gubernur daerah itu, dia mengelak.

Pembicaraan sekumpulan pria itu menguap seiring dengan tandasnya kopi yang mereka sesap. Tak ada komitmen yang harus dilakukan. Hanya berakhir di warung kopi di Kotamobagu yang bernama jarod.
***

.:: Isuk-isuk di Kotobangon nalika langit masih angkeub, Rebo, 21 Maret 2012 ::.

*foto dari http://disbun.jabarprov.go.id/assets/images/berita/Galas_Kopi.jpg