Sabtu, 12 Juni 2010

Kowalski

Laki-laki tua mati diberondong peluru. Tao dan Daisy susuri kota dengan Gran Torino 1972.
Kowalski

Walt Kowalski mempunyai tiga dosa yang membebani hidupnya. Pertama mencium perempuan lain, sementara istrinya ada di ruangan lain. Kedua tidak membayar pajak ketika mendapat keuntungan dari hasil penjualan perahu. Ketiga tidak dekat dan tidak tahu caranya agar bisa akrab dengan dua anak serta cucu-cucunya.

Setidaknya itu yang diakuinya dihadapan Padri yang memaksanya untuk melakukan pengakuan. Bukan karena membunuh remaja dengan sekop atau 12 orang lainnya yang ia habisi ketika dia harus ikut berperang di Korea tahun 1950-an. “Aku tidak pernah cemas atas apa yang diperintahkan,” ujarnya kepada Padri muda tersebut.

Kowalski adalah orang tua yang keras, kaku, suka mengumpat, tetapi akrab dengan rekan sebayanya. Membenci tetangga Hmong-nya, kendati akhirnya di lingkungan tersebutlah ia merasa nyaman. Kenyaman yang bermula dari ketidaknyamanan.

Dia menjadi akrab dengan dua remaja kakak beradik dari komunitas Hmong, Sue dan Tao, setelah Tao mencoba mencuri mobil Gran Torino 1972, harta yang sangat berharga Kowalski; simbol kebanggaan pria tua itu setelah 50 tahun bekerja di Ford. Bagi Tao, pencurian itu merupakan syarat inisiasinya dengan geng Hmong.

Kowalski memberikaan pelajaran hal-hal praktis untuk hidup pada Tao. Bahkan, diajarinya bagaimana orang dewasa mengumpat untuk menjalin komunikasi sosialnya. Kowalski menjadi role mode bagi Tao.

Pria tua itu mati ketika mendatangi geng Hmong setelah teror yang dilakukan geng tersebut pada keluarga Tao. Dia diberondong peluru.

Sampul

Potret orang tua memegang senjata dan ledakan mobil di gambar sampul DVD bajakan film Gran Torino menjadi alasan untuk tidak melihat isi film yang dibintangi disutradarai aktor gaek Clint Eastwood tersebut. DVD itu masuk dalam dus sepatu warna merah.

Namun, sore itu teman saya yang mengirim kepingan padat itu menulis pesan di YM : “Gran Torino lebih layak mendapat Oscar daripada Slumdog Millionaire.”

Dia menyarankan untuk menonton dulu film tersebut. “Ada kritik sosial yang dalam, dibandingkan film india yang temanya biasa saja itu,” tulisnya.

Saya belum menonton slumdog, tetapi dengan raihan 8 Oscar tentu menarik hati saya. Hanya belum dapat saja DVD bajakannya. Hehe.

Apa yang dikatakan teman tersebut, membuat saya memutuskan untuk melihat film Gran Torino. Dont judge a book by its cover, ah, ternyata tembakan hanya ada di akhir film. Walaupun hampir setiap saat sang kakek mengeluarkan senjata, tapi senjata tersebut tidak pernah digunakannya. ::.

Tidak ada komentar: