Sabtu, 12 Juni 2010

Warereh

Rasa ingin tahu membuat Warereh kelihatan nakal. Dan, para dewa merasa jengah ketika Warereh terus menerus mengintip kehidupan mereka di atas langit.

Mereka merasa ruang pribadi telah diganggu oleh seorang manusia yang tak tahu diadat.

Perasaaan terganggu yang menumpuk menjadi amarah. Amarah yang hebat. Amarah yang membuat gempa di bumi. Membunuh Warereh menjadi puncak amarah.

Maka, buru dan burulah Warereh kemana pun dia pergi.

Warereh bersembunyi. Memupuk dendam yang dahsyat dalam hati. Pedang maha panjang dan besar menjadi piranti diri.

Dendam membuat dia menjadi kuat untuk memotong Lokon. Gunung yang menjadi jalan dia ke langit untuk melihat para dewa. Dunia bergemuruh. Manusia pucat. Dewa heran.

Klabat, ujung atas Lokon itu, diletakaan di atas kepala dia. Arah pantai Tonsea menjadi tujuan. Di tanah itu dia letakkan Klabat.

Dendan membuncah tiada henti. Soputan yang menjadi jalan lain ke surga dia potong. Dia lemparkan potongannya ke tengah lautan Wenang. Manado Tua pun muncul.

Terputus sudah jalan antara langit dan bumi. Tepisah untuk selamanya.

Manusia membenci Warereh, saudaranya sendiri. Manusia menganggap hanya ejekan dan hinaan yang pas bagi si pengganggu perdamaian. Warereh tertelan sepi.

.::Tumatangtang, antara 24-25 Mei 2010::.
Sumber: N Graafland, Minahasa:Negeri, Rakyat dan Budayanya

Tidak ada komentar: