Minggu, 16 September 2012

rokok*


Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS

(Tuhan Sembilan Senti; Taufik Ismail)**

www.air-zone.com
Salesma mulai menyerang saat saya iseng-iseng minta bantuan om google untuk menemukan hubungan antara keuntungan ekonomi negara (Indonesia) dengan produksi rokoknya. Sambil menyeka hidung yang mulai meler, saya membayangkan seandainya negara terbebas dari industri rokok. Apakah Indonesia akan bangkrut jika tanpa rokok?

(Keren juga, ya, mikirin negara. ha... ha... ha....)

Akhirnya, saya membuka membuka blog ini http://bebasrokok.wordpress.com/. Beberapa postingan menarik hati karena berhubungan dengan apa yang saya cari. Seperti ini; http://bebasrokok.wordpress.com/2012/06/19/rokok-sebenarnya-bikin-negara-tekor/. Namun, saya terus sorot kursor ke bawah sampai mendapatkan puisi karya Taufiq Ismail berjudul Tuhan Sembilan Senti. Dan, hati saya tertambat pada puisi ini.

Hitungan ekonomi bagi perokok mungkin tidak akan menggugah hati untuk sekedar berhenti merokok saat ada anak kecil di sampingnya atau dalam ruangan yang penuh sesak. Bahkan, perokok biasanya akan merasa menang jika dia mulai balik bertanya seperti ini, "Apakah merokok bisa membuatmu kaya?"

Perokok tentu punya alasan yang logis atau mungkin naif untuk menyangkal jika disodorkan fakta seperti ini, "... cukai rokok tahun 2010 sekitar 50 triliun dan naik menjadi 70 triliun di tahun 2011. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk rokok dan akibat-akibatnya, bisa mencapai 230 triliun. "

Bagi sebagian orang-orang, data-data statistik mungkin bisa memukau. Tapi, peduli setan, kalau angka-angka tersebut akan merugikan kesenangannya. Mana peduli jika biaya yang dikeluarkan untuk membakar rokok selama 10 tahun sudah bisa dipakai untuk membiayai berangkat haji ke tanah suci. "Kau tidak merokok, tapi belum juga bisa berangkak haji."

Ya, hati saya berubah. Semula saya berharap bisa membuat catatan dengan judul "Seandainya Negara tanpa Rokok, akhirnya terpukau dengan puisi tersebut. Saya tak mau menafsirkan puisi karena rasanya saya tidak pantas melakukan itu. Ya, cukup mengagumi pesannya yang disampaikan secara jelas.

25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

.:: saat penggemar manchester united bersorak di warung kopi sinindian, kotamobagu, 15.9.2012.

*Teragitasi Bang Charles untuk jadi pengutuk tuhan sembilan senti heheheh....
** http://bebasrokok.wordpress.com/2011/11/01/tuhan-sembilan-senti/

Tidak ada komentar: