Selasa, 20 Oktober 2015

The Old Firm

GLASGOW Celtic dan Glasgow Rangers bisa dibilang dua tetangga yang tak pernah akur. Perseteruan antara suporter dua klub sepakbola Skotlandia ini lebih dari satu abad. Mereka dikenal sebagai Old Firm.
Belum jelas bagaimana istilah Old Firm ini bisa muncul. Dari wikipedia, istilah kemungkinan merujuk kepada istilah like two old, firm friends. Sementara Menurut Franklin Foer, penulis, istilah Old Firm karena sepertinya dua klub itu bersekongkol untuk menangguk untung dari rasa benci mereka satu sama lain. 
Pertarungan Celtic dan Rangers tak hanya sekadar sepakbola. Persaingan mereka begitu rumit. Pertandingan bisa menjadi isu agama, yakni Katolik dan Protestan. Kadang mereka juga merepresentasikan dukungan politik, antara loyalis dan republikan. 
Pertandingan antara dua klub juga bisa jadi taruhan identitas nasional, Inggris atau Irlandia. Atau, bisa jadi tentang ideologi sosial, antara konservatif dan sosialis. Konfrontasi pendukung klub dilabeli pertarungan sektarian.
Hari pertandingan antara Celtic dan Rangers menjadi waktu yang penuh dengan gesekan. Jumlah korban jiwa sudah banyak. Bahkan usaha dua klub di tahun 2005 untuk menghentikan kefanatikan dan sektarian dalam olahraga hanya menunjukkan sedikit kemajuan.
Tahun 2012, Parlemen Skotlandia mengesahkan The Offensive Behaviour at Football and Threatening Communications Act. Undang-undang ini untuk menekan perilaku ofensif pendukung sepakbola saat pertandingan dan pernyataan yang dikeluarkan melalu media.
Polisi pun punya lebih punya kewenangan tegas untuk menindak para suporter. Namun, setahun kemudian, protes terhadap undang-undang ini bermunculan. Kelompok pendukung Celtic dan Ranger menyatakan kepercayaan terhadap polisi menurun. 
Perseteruan antara kelompok pendukung sepakbola yang begitu keras tak hanya terjadi di Skotlandia. Di Spanyol pun tak kalah ramainya. Suporter klub dari Katalan, Barcelona, dan dari Basque, seperti Athletic Bilbao dan Real Sociedad, kerap menunjukkan rasa tak suka terhadap Real Madrid. 
Tahun ini, Real Madrid menolak pertandingan Final Copa del Rey di Santiago Bernabeu. Final tersebut mempertemukan Barcelona dengan Bilbao. Alasan Real Madrid puncak event tersebut bertabrakan dengan jadwal pertandingan tim Castilla alias junior di stadion megah itu. 
Namun ada dugaan penolakan Final Piala Raja ini dengan hubungan yang tak harmonis menggelar pertandingan di pusat ibukota Spanyol. Seperti diketahui, Katalan dan Basque memiliki hubungan yang buruk.
Tahun 2012, Real Madrid juga enggan kandang mereka, Stadion Santiago Bernabeu, dijadikan tempat pertandingan final Piala Raja,-juga-, antara Barcelona dengan Athletico Bilbao. El Real tentu punya alasan mengapa mereka menolak menjadi tuan rumah pada pertandingan tersebut.
Tahun 2009, Barca dan Bilbao bertemu dalam final kejuaran yang sama. Pertandingan diadakan di Mestalla, Valencia. Dan, apa yang terjadi sebelum pluit pertandingan ditiup wasit pada waktu itu, kedua pendukung kompak meneriaki lagu kebangsaan Spanyol. 
Ya, Real Madrid, Barcelona, Athletico Bilbao, seolah-olah menjadi identitas kebangsaan. Bukan rahasia, warga Katalan dan Basque ingin berpisah dari Spanyol. Dua bangsa ini merasa terjajah. 
Masih banyak lagi kisah-kisah klub sepakbola yang menjadi saluran perjuangan ideologi. Bukan hanya sekadar fanatisme. 
Lalu suporter klub sepakbola di Indonesia bikin rusuh karena apa? Jangan sampai, seperti tulisan Franklin Foer, kebencian itu disetir karena kebodohan, kecemburuan ekonomi, atau hanya karena perasaan inferioritas yang mendalam.
Kekerasan bisa terlahir dari kebencian. Dan, bisakah kita membunuh kebencian sejak di pikiran?
.:: alhamdulillah, Persib juara, deui..

Tidak ada komentar: