Minggu, 08 Desember 2013

Tukang Pamer, si Gelap dan Pergantian Tahun

WAKTU kuliah, saya suka pamer. Saya suka baca buku di mana saja. Bahkan, di dalam bis tua yang penuh sesak penumpang, saat pulang kampung, saya biasa pegang buku. Kadang-kadang buku berbahasa Jerman, yang sebenarnya tak pernah saya pahami isinya. Ya, hanya pamer saja.   

Pun demikian dengan buku-buku filsafat kerap saya bawa-bawa di Taman Partere. Walaupun yang saya baca saat itu kebanyakan pengantar atau garis besar pikiran-pikiran para bijak (yang mungkin juga bestari), sebenarya saya bebal juga memahaminya. Namun, saya biasa mengutip kata yang wah itu.

Tapi, dari buku-buku yang pernah saya baca, tak banyak yang melekat kuat. Hanya satu buku yang sampai sekarang judulnya masih saya ingat, Dunia Sophie. Ok, saya tak pernah menganggap jalinan cerita yang dibuat Jostein Gaarder itu sebuah novel. Saya suka menyebutnya buku tentang sejarah filsafat eropa.

Dari rangkaian cerita itu, ada beberapa yang menacap juga, termasuk saat Jostein membicarakan tentang Herakleitos. The Obscure, demikian dia dijuluki karena pemikiranya yang tidak mudah dimengerti, mengatakan, "Kamu tidak dapat turun dua kali ke sungai yang sama."

Yang saya pahami dari penjelasan Alberto Knox kepada Sophie Amundsen, dua tokoh dalam Dunia Sophie, materi selalu berubah. Tak pernah sama. Bahkan, saat kamu menyeberangi sungai yang sama. Air yang mengalir. Tanah yang kamu temui, bukan yang ditemu kemarin. Tak ada sesuatu pun yang tinggal tetap. Pantha rhei kai uden menei.

***

Sore tadi, saya menyantap Tinutuan. Sarapan yang tertunda. Hobi saya untuk pamer tak lekang. Saya jepret dan menjadikan gambarnya sebagai tampilan di telepon selular. Seorang teman langsung mengomentarinya. Bincang-bincang akhirnya sampai mengajak saya untuk ke Manado saat pergantian tahun.

Sambil bercanda, saya menolak dengan mengatakan pada malam itu lebih baik bertafakur dan salat malam. Tentu bukan itu alasan saya sebenarnya. Saya malas untuk merayakan pergantian tahun. Tak ada alasan untuk melakukannya. Bahkan, saya biasa mengumpat dalam hati bila ada yang pasang kembang api.

Memang ada perubahan titimangsa. Tapi, bagi saya, pergantian dari tanggal 31 Desember ke 1 Januari seperti pergantian hari-hari sebelumnya. Resolusi tak harus di akhir tahun. Kapan pun bisa kau buat sesering kau mengingkarinya. Ah, ngomongin apa sih ini, sebenarnya?

.:: ngelantur sore-sore dengan Lou Reed, The Verve, Pulp, Matchbox, Brian McKnight, dan N'Sync pun ada, di Warkop Jarod. 8.12.2013 ::.

Tidak ada komentar: